Moulin Rouge

Monday, May 31, 2010 at 5:37 AM

The greatest thing you'll ever learn is just to love and be loved in return.

Dan sudah pasti Satine adalah perempuan cantik yang tengah sekarat yang pernah gue lihat, dan tentu juga gue merasa sedih dengan kisah cinta dengan Christian yang tak berakhir dengan kebahagiaan.

Ini kali keduanya gue menonton film ini, walau sensasinya cukup beda ketika nonton pertama kali, namun gue merasa enjoy menyaksikan scene scene indah dan lagunya, walaupun baru sekarang merasa ngeh kalau suara Nicole Kidman dan Ewan McGregor gak terlalu bagus bagus amat sech, untung saja lagunya easy listening.

Nah sekarang kita ketemu Christian, seorang penulis yang hijrah ke perancis, memulai hidup di daerah Moulin Rouge, bertemu dengan seorang Courtesan bernama Satine dan Jatuh Cinta, namun terganjal oleh seorang Duke yang cinta kepada Satine yang sekaligus menginvestasikan uangnya pada club tempat dimana Satine bekerja, dramanya bukan itu saja tapi juga kondisi fisik Satine yang tengah sekarat.

Dua film Nicole Kidman dan Baz Luhrman yaitu Moulin Rouge dan Australia udah gue tonton, dan Moulin Rouge adalah yang terbaik, tapi setelah melongok imdb ternyata baru 4 film, kurang produktif atau nyambi jadi sutradara yah ???

Wondering apa bisa film musikal Indonesia bisa menandingi Moulin Rouge, gue sech berharap dengan proyek terbarunya Joko Anwar berjudul "Onrop" setidaknya punya kualitas bagus.

Setelah menonton kedua kalinya ini maka ratenya turun dikit yah jadi 3,5/5

All you need is love ...


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Total Eclipse

Saturday, May 29, 2010 at 10:33 PM

Sepertinya Leonardo Dicaprio masih berada di status coba coba ketika bermain di film ini, atau juga dia mau meng-explore segala kemampuannya, maka menjelma lah dia menjadi seorang penyair perancis dan rela melakukan scene hubungan sejenis (Gay) dengan seorang pria beristri.

Bersetting di Eropa tahun 1870-an, seorang penyair terkenal bernama Paul Verlaine mengundang seorang ABG labil namun punya bakat hebat dalam seni puisi bernama Arthur Rimbaud (Leonardo DiCaprio), diajak tinggal dirumahnya bersama dengan istrinya yang hamil, Arthur yang labil tidak bisa mengatur tingkah lakunya dan ini membuat mertua Paul marah besar dan mengusir Arthur, sedangkan Paul pun tengah tidak stabil dengan emosinya, KDRT pun dilakukannya, beberapa scene diperlihatkan ia menampar dan memukuli istrinya bahkan sempat melempar anaknya dari baby box, kelabilan Arthur dan Paul memperkuat hubungan mereka yang berujung pada hubungan sejenis.

Agak aneh melihat Leonardo Dicaprio tampil sebagai Arthur Rimbaud penyair perancis dengan bahasa Inggris aksen amerika, padahal semua aktor lainnya tampil lebih membumi dengan aksen inggris eropa mereka, sesuatu yang menurut gue sangat tidak masuk akal. Bukankah ada coach yang dapat membantu Leonardo bisa beraksen perancis or at least beraksen Inggris.

Namun disisi lain, Leonardo Dicaprio mengexplor sisi lain, total naked walau tidak explicit namun diulang ulang dibanyak scene, pun begitu juga dengan karakter Paul Verlaine dan istrinya.

Walaupun berpusat pada Arthur Rimbaud dan Paul verlaine tapi tidak ada puisi mereka yang memorable yang bisa gue ingat setelah menonton film ini. Kesimpulan sementara dan juga menjadi pertanyaan adalah apakah menjadi seorang seniman harus menjadi labil secara emosi untuk dapat menghasilkan karya yang bagus ??

My Rate : 2,8/5


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Miller's Crossing

Friday, May 28, 2010 at 3:46 AM

Sudah seminggu lalu menonton film ini dan entah kenapa gue lupa sama sekali dengan plot ceritanya, sepertinya bukan karya yang memorable dari Coen Brothers yah ? Atau cuman gue kah yang merasa begini.

Ok izinkan gue berkunjung sebentar ke imdb untuk me-refresh kembali synopsis film ini, dan ini hasilnya : "bersetting pada tahun 1930-an, dua kubu mafia saling berusaha mengusai sebuah daerah. Dan Tom Reagan adalah semacam penasehat mafia tesebut, masalah mulai timbul ketika salah seorang bawahan mafia tersebut berlaku licik dan akhirnya Tom Regan terjebak diantara perang mafia.

Agak sulit selanjutnya buat gue mereka reka plot demi plot, selain filmnya terlalu banyak omong sedikit aksi, ditambah pengenalan katakter yang terlalu cepat, dan kesulitan gue menentukan masalah utama dari film ini, membuat gue merasa sia sia menonton film ini, kesimpulan, butuh waktu dan mood yang tepat untuk menonton film ini.

Satu satunya cast perempuan di film ini hanyalah Marcia Gay Harden, tampak masih sangat muda dan "kenceng" dengan karakter yang memikat, berbeda sekali jika melihat karakter nya di film The Mist.

Dan sesak rasanya harus memberikan rate 2,7/5 untuk film ini, tapi itu adalah rate sementara lho, bisa aja naik setelah gue menonton untuk kedua kalinya.


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Up In The Air

Wednesday, May 26, 2010 at 1:50 AM

Bagus sech, cuman kok berasa agak agak over rated aja yah ? Mengingat tema "nobody wants to be lonely" pernah dibahas film lain, pembedanya hanyalah pekerjaan karakter utama yang hobi "memecat" orang lain dari pekerjaan mereka.

Mari bertemu dengan Ryan Birmingham, seorang yang sudah karatan dengan pekerjaannya "memecat orang lain", dia punya taktik yang sangat ampuh dalam hal memecat orang lain, bayangkan dengan cara ampuhnya yang sangat halus bahkan yang dipecatpun merasa nrimo dengan keadaan mereka. Suatu saat perusahaannya memperkerjakan seorang wanita muda yang sedikit arogan, mempunyai metode baru dalam cara memecat orang lain, yaitu Video Cenferencing, metode yang bakal menghemat pengeluaran kantor untuk biaya travelling Ryan, dan disatu kesemptan mereka pun melakukan perjalanan kerja bareng, yang membawa keduanya menyingkap kehidupan pribadi masing masing, Ryan yang menyimpan cinta dengan wanita matang (Vera Farmiga) sedangkan Natalie diputuskan oleh pacarnya.

Film ini berfokus pada pengaruh pekerjaan terhadap kehidupan cinta para karakternya, yang dapat gue simpulkan "no body wants to be lonely". I always like Clooney dengan film filmnya, walaupun karakternya gak beda beda amat dari filmnya yang lain, tapi lumayan menghibur, sedangkan Vera Farmiga, salut buat ke MILF-an yang semakin matang, (apa sech ..mulai ngelantur) scene dikamar hotel menampilkan lekuk tubuhnya bener bener indah dan gak murahan. Sedangkan Natalie (Anna Kendrick) tampil bagus dengan porsinya sebagai wanita muda yang ambisius dan arogan tapi tetap manusia biasa, terbukti ketika dia diputusin pacar dan keputusannya meninggalkan kantor begitu mengetahui salah satu clientnya bunuh diri.

Film ini memang bagus, tapi entah mengapa gue hanya tertarik dengan pekerjaan Ryan Birmingham saja, selipan drama-kehidupan pribadi karakternya kurang menarik buat gue.

My Rate : 3,3/5


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Ed Wood

Sunday, May 23, 2010 at 8:53 AM

Gue petik satu kalimat wasiat dari sutradara ternama Edward D. Wood Jr ini : " filmmaking is not about the tiny details, its about the big picture", jadi jangan heran kalau dia diberi gelar sutradara paling buruk yang penah ada.

Mari yuk ketemu dengan Edward D. Wood Jr, sutradara muda yang penuh ambisi, kreatif, dan sangat mudah membuat script film hanya dalam beberapa hari, dan mempunyai prinsip "Semua bisa diatur", pergantian aktor pada saat syuting dimulai, pergantian cerita pada saat syuting, properti seadanya dan scene sekali take, tak jarang crew protes karena ulahnya ini. Selain memproduksi film film kelas B pada zamannya, Edward Wood pun berhasil mengangkat kembali nama bintang horror ternama Bela Lugosi dijagad dunia perfilman.

Tim Burton emang selalu hadir dengan film filmnya yang aneh bin ajaib, banyak yang bilang film yang ini adalah masterpiece-nya, tapi buat gue Sweeney Todd, Big Fish, Sleepy Hollow dan Edward Scissorhand lebih enak untuk dinikmati, mungkin faktor mata yang kurang nyaman dengan gambar hitam putih membuat gue merasa sedikit "aneh". Tapi tetep terhibur dengan printilan printilan kecil Tim Burton dalam mengeksplor semua character, Ed Wood yang punya sisi lain, suka berpakaian wanita, setting studio Hollywood tahun 50-an, semua di ramu secara unik oleh Burton.

My Rate : 3,8/5


Sent From my iPhone 3GS Read More..

New Moon

Thursday, May 20, 2010 at 10:54 PM

Film ini bener bener berhasil, berhasil membuat gue naik darah, berhasil membuat gue cerewet di timeline twitter, selain mempunyai tingkat lebay yang teramat sangat, juga film ini diproduksi khusus untuk anak anak 4lay.

Mari yuk ketemu dengan sosok Bella, seorang ABG berwajah cantik jutek, selama durasi film yang hampir dua jam lebih, Bella memasang tampang bete, wajahnya persis seperti abg labil yang bergelayutan seribu masalah, not even a single smile, bahkan ketika bertemu Edward Cullen pun wajahnya gak berubah, "Hei, Bella, don't u suppose to love Edward Cullen, so please put a smile when u meet him". Dan ditengah gundah gulana Bella yang pengen berubah jadi Vampire, tiba tiba Edward Cullen pergi meninggalkan Bella begitu saja dengan alasan paling bego, bukankah ini settingannya zaman sekarang dimana hp, email, twitter, facebook, web cam bertebaran dimana-mana, kesengsaraan Bella bertambah tambah pasca ditinggalkan Edward, berteriak teriak tengah malam, duduk menyepi berbulan bulan, L33333BbbbbbBaaaaa4444yyyyyyyyyyyy.

Nah, sebagai penarik perhatian para abegeh maka dihadirkanlah karakter Manusia serigala yang sepanjang film bertelanjang dada dan berotot, dengan adanya plot ini gue sempat berharap setengah jam terakhir bakal ada pertarungan besar antara manusia serigala dan vampire, oh ternyata saya digombalin dengan hanya menyaksikan melodrama ala sinetron antara Bella dan Edward Cullen. Dimana Edward akan bunuh diri ketika mendengar Bella telah meninggal, Sigh berat.

Hal yang menarik dari film ini adalah music soundtracknya yang keren keren, dan seorang vampire cantik bernama Alice, setidaknya kehadirannya bikin film ini sedikit cerah. Sisanya Sampah. Buan buang waktu saja.

My Rate : 1,9/5

Cukup tuh rate, gak boleh ditawar lagi.

Sent From my iPhone 3GS Read More..

3 Idiots

Monday, May 17, 2010 at 7:35 AM

All Is Well.

Terakhir nonton film Bollywood adalah Paa-nya Amitha Bachan beberapa bulan lalu, cukup terkesima juga dengan temanya yang unik, nah sekarang saatnya 3 Idiots yang membius gue dengan tiga karakternya yang unik dan sangat memorable, mereka adalah Ranco, Farhan dan Raju.

Tiga sahabat yang bertemu disebuah asrama kampus, Raju, yang harus mengorbankan cita citanya menjadi fotografer binatang dan masuk ke jurusan Tekhnik, Farhan berlatar belakang keluarga miskin, ayahnya yang sakit sakitan, ibu yang sudah lama tidak membeli sari, adiknya yang tak kunjung menikah, dan terakhir adalah Rancho, sepertinya ini adalah karakter paling di sukai semua wanita dan juga penonton, berwajah ganteng, pintar, lucu dan selalu menolong dua sahabatnya. Beberapa kelucuannya bisa dilihat ketika dia bertanya pada dosen, "daripada menghabiskan duit jutaan dolar untuk sebuah ballpen ruang angkasa, kenapa tidak pake pinsil saja" sang dosen hanya terdiam dan menampung pertanyaan itu, atau ketika dia protes tentang dosen yang terlalu textbook padahal belum tentu mahasiswa bisa memahami suatu mata kuliah. Banyak keusilan lain yang kalau dipikir character Rancho too good to be true.

Film Bollywood terkenal dengan melodrama yang mendayu dayu dan durasi yang panjan dan music serta tarian , film ini pun masih memakai pakem tersebut, namun setidaknya sutradara sangat pintar menaikkan turunkan emosi penonton, bolehlah ketawa ngakak tapi bersiap siap semenit kemudian anda bisa menyeka airmata.

Quote menarik juga banyak ditemukan di film ini, All iz well, kalimat pamungkas sebagai pemompa semangat, atau ketika Rancho jadi juara kelas, Farhan pun berujar : "When your friends flops, you feel bad, when he tops, you feel even worse" ngena banget neh quote.

Setelah hampir 3 jam menonton film ini, maka gue putuskan untuk masuk daftar favourite gue.

My Rate : 3,8/5

Sent From my iPhone 3GS Read More..

Shutter Island

Sunday, May 16, 2010 at 7:24 AM

Buat gue Martin Scorsese gagal total untuk film satu ini, maaf yah buat yang suka sama film ini, walaupun ada beberapa scene yang cukup menarik, setting film yang menarik, terutama scene diantara tebing-tebing, dan scene klimaks di "Lighthouse" yang membongkar habis twist film ini, tetap saja gue gak merasa wah dengan semua itu.

Bersetting pada tahun 1954, Marshal Teddy Daniels ditugaskan untuk menginvestigasi hilangnya seorang pasien dari sebuah sakit jiwa di Shutter Island, ditemani oleh seorang rekan kerja maka mereka berangkat menuju pulau itu, disana Teddy menemukan beberapa kejanggalan soal hilangnya pasien tersebut, dan berkesimpulan bahwa dokter di RSJ tersebut melakukan sesuatu yang illegal, disana ia merasa para dokter memberikan obat yang membuatnya sakit, ditambah halusinasi kehadiran istrinya yang telah terbunuh beberapa tahun yang lalu.

Kekuatan kunci film ini sudah tentu dari twist yang ditawarkan diakhir film, namun gue yang menonton merasa kejutan itu sangat kurang, karena dari awal tendency untuk masuk ke twist sudah sangat kelihatan. Dimulai dari Halusinasi dan seringnya mengeluh sakit kepala, atau bagaimana para pasien lain memperlakukan Teddy. Jangan lupakan juga bloopers yang bertebaran dimana mana, diawal ketika scene diatas kapal ketika Teddy (Leonardo DiCaprio) berbicara dengan Chuck Aule ( Mark Rufallo) terlihat Chuck membakar rokoknya dan mengarahkan rokok itu kemulutnya, namun ketika angle berganti maka scene itu terulang kembali, aneh. Atau ketika Teddy membopong anaknya ke sungai terlihat dia seperti berjalan mundur membelakangi sungai, namun sedetik kemudian dia sudah berada dalam sungai.

Ok sekarang kembali ke Twistnya yang terus terang mengingatkan gue dengan Film Indonesia produksi tahun lalu yaitu "Pintu Terlarang" dengan sutradara Joko Anwar,film yang penyajiannya jauh lebih menarik apalagi dengan scene "Christmas Dinnernya"

Sepertinya tidak ada poin plus yang membuat gue meletakkan film ini di daftar favourite gue.

My Rate : 3,1/5


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Lakeview Terrace

Saturday, May 15, 2010 at 1:35 AM

Kalau ibu-ibu dan mbak-mbak boleh kesel dengan karakter Mischa di serial Cinta Fitri, maka gue juga pengen menggampar menjambak meludahi dan menendang Abel Turner yang diperankan oleh om Samuel. L Jackson, lol, lantas baguskah film ini ? Kalau melihat tokoh antagonisnya yang lebai dan memuakkan, sudah pasti berhasil. Tapi kalo secara kesuluruhan maka film ini tidak lebih dari sebuah serial drama televisi yang dilayar lebarkan. Not good enuff.

Meet Abel Turner (Samuel. L Jackson) seorang single parent yang berprofesi sebagai Polisi, tinggal di lingkungan mewah, suatu hari kedatangan tetangga baru, sebuah keluarga baru interacial, sang pria berkulit putih (Patrick Wilson) sedangkan wanita berkulit hitam (Kerry Washington), permasalahan dimulai, keluarga baru itu diintimidasi oleh sang polisi, dimulai dengan memasang lampu security tepat mengarah ke kamar tidur mereka, dan banyak perlakuan aneh lainnya, dan semua itu dilakukan oleh sang polisi tanpa alasan yang jelas.

Gue yang selalu gampang marah memang sangat terpengaruh dengan watak Abel, melihat gerak gerik dan tampangnya membuat gue menyiapkan alat alat siksa ala SAW untuk orang orang semacam itu, guess, Samuel. L Jackson really did a great job for me.

Isu rasial juga diangkat oleh film ini, kawin campur antara kulit hitam dan putih selalu dipermasalahkan oleh beberapa pihak, tapi di film ini alasan lain ketidaksetujuan itupun dituntaskan di akhir film.

Tidak ada yang istimewa di film ini secara tekhnik, gambar yang disajikan hanya di beberapa set, mostly diperumahan, angle gambar pun biasa saja.

Rate sebenarnya adalah 2,5 dari 5 tapi karena Om Jackson lumayan menguras emosi gue, so ratenya jadi 2,9/5

Lol.


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Sin City

Friday, May 14, 2010 at 3:44 AM

Keren, sebuah adaptasi yang sempurna dari sebuah komik, atau kah harus gue bilang beginilah cara yang tepat mengadaptasi sebuah komik, lupakan sejenak plot plot yang harus "berlogika", masuki dunia komik yang disajikan hitam putih dan color splash dibeberapa scene-nya.

Mengadaptasi langsung komik milik Frank Miller, ada empat segment yang saling bertautan, Segment pertama "The Customer is always right" dilanjutkan dengan "that Yellow Bastard" "The Hard good bye" dan diakhiri dengan "The Big, fat kill". Bercerita tentang seorang Pria berprofesi sebagai HitMen yang jatuh cinta pada seorang wanita panggilan bernama Goldie, yang dibunuh oleh seseorang yang misterius, namun akhirnya dia malah diburu oleh seorang wanita yang mirip Goldie, di segment selanjutnya seorang waitress yang mempunyai pacar dan berselingkuh, dan ujungnya malah membunuh seorang polisi dan segment terakhir adalah seorang pria yang dipenjara karena menyelamatkan seorang anak kecil yang akan diperkosa.

Sepertinya gue harus membeli dvd originalnya, untuk melihat proses "The Making of"-nya, kagum banget melihat settingan bangunan yang bergaya komikal, walaupun didominasi warna hitam gray dan putih, tapi sentuhan warna dengan gaya splash bisa disaksikan dibeberapa scene misal warna mata, bibir, gaun merah dsb menambah keindahan gambar.

Dan sekarang bertanya tanya, apakah ada komik Frank Miller yang sudah di filmkan atau akan di filmkan ??? Sepertinya Robert Rodriques layak duduk kembali dikursi sutradara.

I put this movie on my favourite list .. What about you ???

My Rate : 4,2/5


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Madagascar : Escape 2 Africa

Thursday, May 13, 2010 at 3:06 AM

Untunglah kali ini gue menyaksikan Chris Rock dalam bungkusan se-ekor Zebra bernama Marty, I don't like him at all, I hate his joke, I don't like him for no reason at all ... Lol.

Parahnya gue bukan pemerhati garfis animasi, bahkan gak bisa membandingkan mana produksi pixar atau pun DreamWorks dsb, jadi konsentrasi di cerita aja yah.

Alex seekor singa kecil dirampas dari ayahnya di Afrika, hanyut terbawa arus ke Amerika dan menjadi Singa Sirkus di kebun binatang, bersama beberapa orang temannya mereka kabur dari kebun binatang menuju Afrika dengan bantuan para Pinguin, disana mereka disambut oleh para hewan-hewan Afrika dan Alexpun reuni kembali dengan orang tuanya, lantas konflik apa yang dihadapkan, ada dua, yaitu seorang Singa yang hendak mengambil alih kekuasaan dan juga gerombolan turis yang tengah melakukan safari.

Tidak ada yang istimewa dari segi cerita, pun pesan yang disampaikan masih itu itu saja, persahabatan, uniqueness, dare to be different, dan tentu saja music yang lumayan menghibur.

Buat gue film ini biasa biasa saja.

Rate : 2,7/5


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Harold & Kumar : Escape From Guantanamo Bay

Wednesday, May 12, 2010 at 2:24 AM

Gue pengen banget punya "smokeless bong" buatan Kumar ini, hayo siapa yang jual ??? ... Lol.

Karena "smokeless bong" inilah Harold dan Kumar di tangkap dan dituduh sebagai teroris oleh Homeland Security, dimasukkan kepenjara Guantanamo Bay, dan akhirnya melarikan diri dibantu oleh imigran illegal dan merapat di Miami, selanjutnya meminta bantuan teman mereka dan "terkepung" dalam pesta bottomless, lol. Selanjutnya banyak petualangan aneh yang dihadapi Harold dan Kumar demi mendapatkan kebebasan mereka.

Banyak pesan bagus dalam film ini, isu rasial menjadi topik utama, Harold yang berdarah Korea dikaitkan dengan Nuklir Korea Utara, sedangkan Kumar yang berdarah India selalu disangka Arab dan tentu saja disangka sekutunya Osama Bin Laden, lihat saja scene ketika mereka berdua di interogasi sang petugasnya berujar "This is bigger than terror, Osama cooperate with North Korea, atau ketika Scene di pesawat sang petugas mengeluarkan jokes ttg islam dan teroris dan Kumar menjawab "I am not muslim, even so Koran wouldn't allow terrorism"

Beginilah jadinya kalau nonton tanpa ekspektasi apa apa dan hasilnya gue puas puas aja dan ketawa ngakak, walaupun sebenarnya gue benci komedi slapstick-an. It really works for me. Can't wait for next Harold and Kumar Adventure.

My Rate : 3,1/5


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Taking Woodstock

Tuesday, May 11, 2010 at 7:37 AM

Berbekal nama besar Ang Lee dan settingan awal 70-an serta Woodstock nampaknya tak berlebihan kalau menaruh ekspektasi tinggi untuk film ini bukan ??? Lantas puaskah gue ? Dibeberapa sisi memang terpuaskan melihat Hippies dengan gaya mereka yang keren ala 70-an dan tentu saja ke-telanjangan mereka, lol. Tapi kurang puas karena tak ada performance satupun Band yang dapat mewakili semangat awal Woodstock.

Berdasarkan kisah nyata, Meet Elliot Tichberg, seorang pemuda White Lake yang karena kesulitan ekonomi akhirnya menunda pembayaran utang pada Bank lokal, mempunyai ibu yang cerewet dan galak selalu merasa bahwa latar belakangnya yang Jahudi asal Russia selalu diberi kesulitan oleh pemerintah Amerika, namun karakter sang ayah adalah kebalikan dari sang ibu, tenang dan manut, Karena kesulitan keuangan ini maka Elliot dan karyawannya mengusahakan sebuah acara musik kecil kecilan yang berujung pada sebuah acara Massal bernama Woodstock. Dan disinilah asal muasal acara Woodstock, plot utamanya adalah itu, konfliknya adalah acara itu berubah menjadi pusat pertemuan para Hippies dari semua negara bagian, ribuan figuran hippies dihadirkan, permasalahan dengan promotor, permasalah keluarga inti Elliot, dan juga diselipkan plot pencarian jati diri (baca orientasi seksual: gay) yang oleh teman blog Gilasinema menyebutkan proses pencarian kebebasan.

Suasana 70-an di set bagus oleh Ang Lee, perintilan perintilan kecil macam fashion, gaya rambut, mobil, gaya bangunan dsb, dan sudah tentu visualisasi indahnya dunia "mabok" drugs yang digambarkan dengan indah, semua benda jadi lebih berwarna kontras dan bergerak sesuai imajinasi.

Lantas kenapa film ini tidah begitu mengena ke Pasaran yah ? Kemungkinan ekspektasi awal yang terlalu tinggi atau harapan akan dihadirkannya band band yang tampil di awal woodstock, dan Ang Lee tidak menghadirkan Scene tersebut, sehingga roh Woodstocknya sendiri jadi hilang, imho loh.

My Rate : 3,2/5


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Grave of the Fireflies

Sunday, May 9, 2010 at 9:18 PM

Sayang sekali gue menonton ini bukan versi animenya, melainkan live action versi TV yang pun masih membuat gue setengah termehek mehek.

Gambar yang disajikan tidak seindah anime produksi Studio Ghibli (mungkin), tapi penderitaan dua saudara Setai dan Tsetsuko digambarkan dengan pilu, sang ayah yang tentara diceritakan pergi berperang (kemungkinan tewas) sedangkan ibu mereka juga tewas dalam peristiwa perang dan kebakaran, namun oleh Setai (Abang, saudara tertua) menyembunyikan kematian sang ibu dari adeknya dan ketika di tanya Seita selalu menjawab Sang ibu lagi dirawat di Rumah sakit. Berdua mereka menulusuri jalan menuju rumah kenalan sang ibu, berbekal surat untuk menitipkan mereka sementara, namun kenalan sang ibu bukanlah wanita yang baik, dia mempergunakan Seita dengan jalan merebut harta mereka yang memang tak seberapa, penderitaan makin menjadi jadi yang akhirnya memaksa dua orang saudara tersebut tinggal dan berteduh di sebuah Gua yang banyak kunang kunangnya.

Film dengan akting wajar dari para aktornya memang sanggup membuat hati pilu, lihat saja ketika scene tsetsuko kelaparan dan setengah merintih meminta makan pada sang abang, pun diendingnya tak menyisakan sedikitpun happy ending, disini gue sempat berpikir, Happy Ending memang tidak selalu dimiliki oleh setiap orang, Hidup penuh misteri.

Film ini didominasi filter yang agak kecoklatan, kemungkinan disesuaikan dengan settingan zaman perang dan kesedihanyang dialami characternya, bahkan scene scene kunang kunang yang seharusnya bisa dibikin lebih indah terasa kurang megah, emosi kesedihan memang terlalu mendominasi film ini.

Merasa hidup lu sudah terlalu desperado, cobalah tonton film ini, siapa tahu akan mengubah sudut pandang.

My Rate 3,2/5

Sent From my iPhone 3GS Read More..

Defiance

Saturday, May 8, 2010 at 5:26 AM

Film berlatar kekejaman Jerman terhadap Yahudi sudah banyak sekali di produksi semisal Schindler's List yang fenomenal, The Black Book dan terakhir Inglerious Basterds-nya Quentin Tarantino, maka ketika menonton film ini otak gue berusaha membandingkan bandingkan film ini dan hasilnya memang kurang memuaskan.

Based on true story tentang dua saudara Yahudi yang selamat dari kekejaman tentara Jerman dan mengungsi keperbatasan Russia, ditengah pelarian mereka bertemu dengan beberapa koloni Yahudi lainnya yang juga melakukan eksodus besar besaran, akhirnya mereka bersatu dan membangun daerah baru, tentu saja diselipkan drama kecil kecilan yang menguras emosi dua saudara yang mengakibatkan perpecahan kelompok, sudah tentu para wanita yang memperindah drama pengungsian ini.

Daniel Craig dan Liev Schieber tampil sebagai dua saudara, mereka didaulat tampil sebagai pemimpin para pengungsi, Daniel yang berotot ini tampil layaknya pengungsi frustasi, mengalami tekanan dan dendam terhadap Jerman yang telah membunuh orang tuanya, namun dipihak lain para pengungsi Yahudi pun menekannya sebagai pemimpin yang harusnya mengeluarkan keputusan keputusan penting dalam hal melindungi warga Yahudi lainnya, tidak ada yang terlalu istimewa dari karakter ini, pun gue gak terlalu merasakan kepedihan yang dialami warga yahudi ini, atau mungkin sudah gue sudah mati rasa ???

Bersetting 100 persen di hutan Bellarusia melewati musim panas dan dingin, hutan kayu sampe rawa rawa, layaknya film based on true story maka di ending title di beri penjelasan singkat kehidupan karakter karakter yang berhasil selamat.

My Rate : 3/5

Sent From my iPhone 3GS Read More..

Good Will Hunting

Friday, May 7, 2010 at 8:33 AM

It is a good movie, tapi buat gue terlalu overrated, entah kenapa gue merasa kurang chemistry dengan film ini, seru dibeberapa scene tapi lebih banyak scene yang membosankan. Sorry Guys .. :)

Good Will adalah karakter Einstein dizaman sekarang, plot yang diambil hanyalah Jenius-nya saja, tapi Will hanyalah seorang pekerja cleaning service dengan kepribadian yang labil, tidak mampu membina hubungan baik dengan orang yang lebih tua dan juga wanita, tidak dapat menahan amarah, dan hanya satu yang membuatnya happy adalah tiga orang teman temannya. Cerita berawal ketika seorang proffessor memberikan soal matematika yang sangat sulit kepada mahasiswanya, tak ada satupun dapat memecahkan soal tersebut kecuali Will, sang professor terkesima dan berusaha membuat Will menjadi pribadi yang lebih baik, dibutuhkan banyak Phisikiater menangani Will, dan semuanya berakhir ricuh dan gagal, sampai ketika ia bertemu Robin Williams (lupa nama karakternya) yang sanggup membuat Will melepaskan rasa "Trauma"nya.

Kerjasama dua sahabat Matt Damon dan Ben Affleck cukup apik sebenarnya, momen momen mencengangkan ketika Will pertama kali menulis jawaban soal matematika yang paling sulit dengan santai, atau ketika adu argumen di bar dan scene "apple" memberika kepuasan tersendiri

Walau film ini tidak seperti imajinasi harapan saya, tapi senang sekali bisa menyaksikan karya Gus Van Sant yang satu ini.

My Rate : 3,2/5


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Invitation Only

Thursday, May 6, 2010 at 5:11 AM

Berbekal nama Maria Ozawa aka Miyabi dan tema slasher gore tentu saja gak bakal gue lewatkan, tapi oh ternyata, layaknya (mungkin) film "Menculik Miyabi" yang release hari ini, Maria Ozawa ini hadir sebagai permen manis diawal sahaja, setelah itu lenyap tak berbekas, dan meninggalkan gue sejam kemudian dengan simbahan darah darah dan potong memotong anggota tubuh.

Inti tema dari film Slasher adalah "Survive" dan plot ini diterapkan pula di Invitation Only, seorang pria yang berprofesi sebagai driver diberi undangan oleh boss-nya untuk menghadiri sebuah pesta ekslusif, sebuah kartu undangan yang bertuliskan "Invitation only" dan kalimat dibelakang kartu adalah :"tuliskan mimpi terindah anda, kami akan kabulkan" dan dia pun menuliskan sebuah merk mobil mewah dikartu itu. Bersama 4 orang tamu lainnya yang baru pertama kali hadir di pesta itu mereka diperkenalkan satu persatu, selanjutnya impian merekapun dikabulkan, dan tentu saja ini menjadi hari terindah buat mereka. Tapi tunggu dulu .... Karena "pesta" sesungguhnya belumlah dimulai.

Diawal sesungguhnya gue clueless film ini produksi mana yah ??? All I know Miyabi berasal dari Jepang, tapi bahasa dan tampang aktor yang lain gak ada jepang-jepangnya sama sekali, oh ternyata "Taiwan", strategi ini sepertinya yang ditiru Maxima Pictures dengan menghadirkan Miyabi sebagai permen manis, karena toh dia hadir hanya sebentar, berbicara dalam bahasa inggris aksen amerika, scene selanjutnya dia ngedance panas di lantai dansa, dan kemudian melepas semua pakaiannya dan melakukan adegan layaknya JAV namun lebih soft, ok selanjutnya seperti yang gue ceritakan di paragraph pertama, Maria Ozawa pun lenyap tak berbekas, maka dimulailah gore gorean yang lumayan membuat gue mual.

Sebenarnya film ini cukup menjanjikan, kalaulah dibuat seabsurd mungkin, maka gue gak akan cerewet bertanya sebab dan akibat yang terjadi pada plot plot film ini, lihat saja twistnya yang lumayan menarik, tapi lihat pula alasan kenapa acara potong dan sayat tubuh ini terjadi ? Sungguh sangat lemah, alasan yang sangat tidak masuk akal, sepertinya sutradara sudah kehilangan idenya untuk plot cerita tapi tidak dengan darah, siapkan diri anda untuk menyaksikan, penis yang disetrum, wajah yang disilet silet dan ditaburi garam, atau pemenggalan kepala, dsb. At least ada dua klimaks yang dihadirkan di film ini, siapkan diri anda.

If you love slasher, then you'll love this.

My Rate : 2,9/5

Sent From my iPhone 3GS

Read More..

No Country For Old Men

Wednesday, May 5, 2010 at 5:35 AM

Anton Chigurh (Javier Bardem) resmi menjadi salah satu karakter paling menyeramkan yang pernah gue lihat. Lihat saja scene awal ketika dia terborgol dan berusaha melepaskan diri, setelah berhasil dia membunuh polisi dengan cara sadis dengan mimik muka yang sangat seram dan menghantui.

Bersetting di gurun Texas yang tandus, Llewelyn Moss menemukan beberapa mayat ditengah gurun, beserta satu koper berisi uang $ 2 juta, hal ini tidak ia laporkan ke Polisi dan Moss pun membawa kabur koper berisi duit tersebut, yang terjadi kemudian adalah kejar kejaran yang dilakukan Anton terhadap Moss, sementara itu seorang polisi yang hampir pensiun mati matian memperingati istri moss untuk mengembalikan uang yang diambilnya atau semuanya akan berakhir tragis.

Wah setelah gue puas dengan O Brother Where art Thou beberapa tahun lalu, maka kembali Coen Brothers mempesona gue dengan "No Country for Old Men", tapi sebelum ini gue sempet dikecewakan dengan "Burn after Reading", persis sekali Coen Brother ini membuat emosi gue naik turun dengan film film mereka. Ciri khas yang sangat dalam adalah ending yang "aneh", sinematografi yang indah, dan musik yang bagus, and I always love the music from brother, where art thou ? Sampe apal banget dikepala gue, mereka bener bener jenius.

Karakter yang paling mengena adalah Anton Chigurh yang diperankan dengan sangat pas oleh Javier Bardem, seorang penjahat yang melenyapkan nyawa orang lain hanya dengan sebuah koin, wajah yang sangar dan dingin, rambut yang aneh, lengkaplah sudah paket character ini.

This movie definetly masuk salah satu film terbaik versi gue, oo ... Sepertinya gue harus me list film film Coen Brothers yang belum gue tonton macam : The Man Who wasn't there, The Big Lebowski, Fargo, Hudsucker Proxy.

My Rate : 4,1/5


Sent From my iPhone 3GS Read More..

Night at the Museum: Battle of the Smithsonian

Monday, May 3, 2010 at 4:45 AM

Entah alasan apa gue mau menonton film ini, yang pasti seri pertamanya berlalu tanpa ingat plot dan jalan ceritanya, rasa-rasanya belakangan ini Ben Stiller selalu mengecewakan.

Film ini tidak lebih dari perpanjangan dari seri pertama, walaupun bersetting di tempat berbeda tapi masih berkutat di Museum, Larey Daley (Ben Stiller) berusaha menyelamatkan para "penghuni" Museum yang salah kirim ke gudang sebuah museum bernama Smithsonian, berkat panduan anaknya Larey masuk ke gudang bawah tanah museum dan ketika malam tiba semua penghuni museumpun kembali hidup. Sebagai pemanis cerita dihadirkan tokoh tokoh Lincoln, Kahmunrah yang sok aksi akan kembali menguasai dunia, Jedediah simakhluk kecil, Amelia Earhart (pilot wanita pertama), Albert Einstein dan sebagainya, semuanya bergerak dan melumpuhkan Kahmunrah yang berniat akan menguasai dunia.

Tidak ada yang baru dalam film ini, bahkan animasi dari makhluk penghuninya pun sudah lama kita saksikan penerapannya di film film lain.

So kesimpulannya kalau elu adalah anak kecil yang pengen hiburan, maka film ini boleh jadi pilihan, tapi kalau mau menonton film berkategori berat ... Skip it guys .. :)

My Rate : 2,5/5

Sent From my iPhone 3GS Read More..

Frost/Nixon

Saturday, May 1, 2010 at 3:36 AM

Mungkin baru beberapa film bertemakan politik yang dapat gue nikmati, Manchurian Candidate remake masih terlalu datar, terakhir nonton The Informant Matt Damon pun gue hanya memasang wajah datar, tapi Frost/Nixon cukup membuat gue penasaran dan deg degan. Guess Ron Howard don't fail me this time.

Berawal dari skandal Watergate yang menjatuhkan Richard Nixon dari kursi kepresidenan, namun setelah tiga tahun diam tanpa penjelasan sepatah katapun tentang kasus Watergate, seorang host Talk Show bernama David Frost berusaha melakukan interview dengan Richard Nixon dengaj tujuannya membuatnya melakukan "pengakuan" seputar kasus Watergate. 3 sesi wawancara yang cukup menegangkan, ditunggu oleh ratusan juta warga Amerika dan dunia.

Drama berat soal politik ini dikemas oleh Ron Howard semenarik mungkin, printilan printilan kecil diluar konteks ceritapun menarik perhatian, lihat saja bagaimana Nixon mengomentari sepatu buatan Italy Frost, "don't you find them too effiminate ???" Lol. Atau lihatlah apa pandangan Nixon seputar Kennedy, Frank Langella bener bener bertransformasi menjadi Richard Nixon, entahlah dengan Michael Sheen dengan karakter David Frost yang memang gak terlalu familiar buat gue.

Nah sekarang gue mulai penasaran detil kasus Watergate, anyone care to explain for me ??? Lol

My Rate : 3,8/5

Sent From my iPhone 3GS Read More..

Just Blog of Mine | Powered by Blogger | Entries (RSS) | Comments (RSS) | Designed by MB Web Design | XML Coded By Cahayabiru.com